Valentine’s Day Itu Bualan
Februari 24, 2008 pada 4:17 pm (Artikel Remaja Muslim)
If there were no words…no way to speak
I would still hear you
If there were no tears
No way to feel inside, I’d still feel for you
I would still hear you
If there were no tears
No way to feel inside, I’d still feel for you
And even if the sun refused to shine
Even if romance ran out of rhyme
You would still have my heart until the end of time
You’re all I need, my love, my Valentine
Even if romance ran out of rhyme
You would still have my heart until the end of time
You’re all I need, my love, my Valentine
Pernah mendengar lantunan lagu dari lirik di atas? Yup, itu adalah penggalan lagu wajib bulan Februari yang berjudul Valentine.
Dengan suara merdu Martina McBride diiringi lantunan piano ciamik dari
Jim Brickman, lengkap sudah nuansa syahdu yang dihadirkannya. Apalagi
kalo kamu lagi poling in lop (falling in love), huaaa….suasana Februari yang mellow jadi semakin biru…. (eh, pink kali yee..).
Kehebohan Valentine’s Day (VD) sebagai sebuah
perayaan hampir-hampir menjadi menu wajib dan menggantikan hari besar
lainnya. Coba bandingkan peringatan Isra’ Mi’raj, dan Maulid Nabi dengan
Valentine’s Day. Jauh banget dah. Peringatan hari besar Islam identik
dengan ceramah, dihadiri oleh sosok berjenggot dan perempuan berjilbab,
dan dirayakan secara sederhana. Itu semua bagi sebagian orang dianggap
sebagai simbol kuno.
Sebaliknya dengan perayaan VD yang identik dengan
pesta sambil membawa pasangan lawan jenis masing-masing, baju rapi jali
bagi yang cowok dan gaun malam yang setengah telanjang bagi si cewek,
dan perayaan secara mewah. Inilah simbol yang katanya modern yang banyak
diikuti remaja.
Anak SD, SMP, SMA, hingga kuliah bahkan yang sudah kerja pun merasa bahwa merayakan hari Valentine adalah wajib. Didorong oleh media baik elektronik semacam TV dan cetak semisal surat kabar, majalah dan tabloid, momen Valentine’s Day ini sengaja di blow-up oleh pihak-pihak tertentu. Seakan-akan ada rasa malu dan ketinggalan jaman bila sampai tidak ikut merayakan hari yang katanya penanda kasih sayang itu.
Anak SD, SMP, SMA, hingga kuliah bahkan yang sudah kerja pun merasa bahwa merayakan hari Valentine adalah wajib. Didorong oleh media baik elektronik semacam TV dan cetak semisal surat kabar, majalah dan tabloid, momen Valentine’s Day ini sengaja di blow-up oleh pihak-pihak tertentu. Seakan-akan ada rasa malu dan ketinggalan jaman bila sampai tidak ikut merayakan hari yang katanya penanda kasih sayang itu.
Valentine, bukan budaya kita
Sudah banyak tulisan yang membahas tentang hal ini. Kalo kamu rajin browsing internet dan banyak baca artikel di sana, akan terlihat bahwa Valentine bukanlah milik kita. Sedikit mengulas bahwa ada beberapa versi yang menyebutkan darimana asal muasal perayaan VD ini. Ada versi yang mengatakan bahwa hari Valentine adalah perayaan untuk mengenang pendeta Valentino yang mati karena membela keyakinannya. Ada juga yang bilang pendeta ini mati karena membela cinta dua jenis anak manusia padahal gereja telah melarangnya. Bahkan ada versi yang mengatakan bahwa pada tanggal14 Februari ini adalah musim kawin sejenis burung tertentu. (lengkapnya silakan lihat di Microsoft Student with Encarta Premium 2008)
Sudah banyak tulisan yang membahas tentang hal ini. Kalo kamu rajin browsing internet dan banyak baca artikel di sana, akan terlihat bahwa Valentine bukanlah milik kita. Sedikit mengulas bahwa ada beberapa versi yang menyebutkan darimana asal muasal perayaan VD ini. Ada versi yang mengatakan bahwa hari Valentine adalah perayaan untuk mengenang pendeta Valentino yang mati karena membela keyakinannya. Ada juga yang bilang pendeta ini mati karena membela cinta dua jenis anak manusia padahal gereja telah melarangnya. Bahkan ada versi yang mengatakan bahwa pada tanggal14 Februari ini adalah musim kawin sejenis burung tertentu. (lengkapnya silakan lihat di Microsoft Student with Encarta Premium 2008)
Dari sekilas penjelasan di atas, kamu-kamu jadi ngeh
kan bahwa sesungguhnya budaya hari Valentine dan merayakannya bukan
berasal dari Islam.
‘Kan boleh, cuma sekadar ikut merayakan saja. Bukankah ini hari kasih sayang sedunia yang universal?’ Mungkin sebagian dari kamu berdalih begitu.
Oke, tapi bagi kaum muslimin, kita udah diwanti-wanti sama Allah Swt. melalui firmanNya:
‘Kan boleh, cuma sekadar ikut merayakan saja. Bukankah ini hari kasih sayang sedunia yang universal?’ Mungkin sebagian dari kamu berdalih begitu.
Oke, tapi bagi kaum muslimin, kita udah diwanti-wanti sama Allah Swt. melalui firmanNya:
وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولاً
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak
mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan
dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS al-Israa [17]: 36)
Nah, inilah uniknya Islam. Tidak ada yang namanya
sekadar ikut, cuma ngikut atau ikut-ikutan saja. Sebelum melakukan suatu
perbuatan, sebagai muslim, kita harus paham apa dan bagaimana Islam
menyikapinya. Ini mendidik kamu, para remaja muslim, agar tidak menjadi
generasi pembebek. Generasi yang bisanya cuma ikut-ikutan tanpa tahu
ilmunya. Islam mengajak kamu untuk cerdas dalam menyikapi sesuatu.
Tidak ada kata “cuma” dalam kehidupan seorang muslim.
Itu karena tiap perbuatan meskipun itu sebesar debu akan dimintai
pertanggungjawaban di akhirat kelak. Begitu juga dengan perayaan
Valentine. Banyak orang berdalih untuk membenarkan dirinya sendiri
ketika ia turut larut dalam perayaan ini. Atau, meskipun ia tidak turut
merayakan, tapi ia juga tidak melarang. Walah, ragu-ragu maksudnya?
Begitulah, di satu sisi orang seperti ini takut dicap fanatik, tapi di
sisi lain ia juga takut dianggap ketinggalan jaman. Jadilah, antara
bilang iya dan tidak dalam penyikapannya.
Valentine, sarana perusak generasi
Rasulullah saw. Bersabda: Kamu telah mengikuti sunnah orang-orang sebelum kamu sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Sehingga jika mereka masuk ke dalam lubang biawak, kamu tetap mengikuti mereka. Kami bertanya: Wahai Rasulullah, apakah yang engkau maksudkan itu adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani? Baginda bersabda: Kalau bukan mereka, siapa lagi? (HR. Bukhari Muslim)
Rasulullah saw. Bersabda: Kamu telah mengikuti sunnah orang-orang sebelum kamu sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Sehingga jika mereka masuk ke dalam lubang biawak, kamu tetap mengikuti mereka. Kami bertanya: Wahai Rasulullah, apakah yang engkau maksudkan itu adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani? Baginda bersabda: Kalau bukan mereka, siapa lagi? (HR. Bukhari Muslim)
Bukan karena Rasulullah pinter meramal ketika apa
yang dikatakan beliau ternyata benar adanya. Tapi karena beliau khawatir
terhadap kebodohan umat yang semakin meluas. Kebodohan inilah yang
menjadi penyebab kaum muslim yang seharusnya sebagai umat terbaik, malah
menjadi umat pengekor. Dan ternyata, semua itu menjadi kenyataan ketika
kita melihat kelakuan remaja-remaja sekarang yang bisanya cuma mengikut
budaya Barat.
Emang sih, nggak semua yang berasal dari Barat itu
buruk. Tapi dalam hal perayaan hari Valentine ini jelas-jelas buruk dan
merusak generasi muda. How? Pertama, mulai dari asal muasalnya aja udah
jelas-jelas nggak benar menurut pandangan Islam untuk ikut merayakan.
Kedua, yang namanya merayakan Valentine, umumnya sama pasangan alias
kekasih atau pacar. Ketiga, kalo udah mulai urusan pacar-pacaran begini,
mau dibawa kemana hubungan dua anak manusia berlainan jenis kelamin
ini? Gaul bebas? Sangat mungkin!
See, nggak kekurangan cara musuh Islam untuk
merusak kaum muslimin termasuk generasi mudanya. Seiring dengan semakin
bebasnya teknologi informasi berupa alat telekomunikasi, budaya
merayakan Valentine ini dengan mudah masuk ke kamar-kamar kita. Bisa
lewat surat kabar, majalah remaja, radio, TV, internet, HP, dll.
Bo’ong besar kalo ada yang bilang bahwa Valentine
adalah hari kasih sayang. Kalo memang seperti itu, kenapa juga yang
dijadikan sasaran adalah anak-anak muda? Kenapa bukan ibu-bapak kita,
kakek-nenek kita? Soalnya jauh lebih strategis merusak generasi yang
bakal menjadi penerus peradaban alias pemuda. Kalo pemudanya rusak, ho
ho ho, mudah banget merusak sendi lainnya. Betul itu.
Valentine, wajah buruk budaya Barat
Valentine’s Day diyakini sebagai hari kasih sayang. Ah, masa’ iya sih? Jangan mudah kamu dibodohi oleh slogan semacam ini. Why? Karena kalo beneran mereka yang suka menjajakan Valentine itu memang merayakan kasih sayang, tanya buktinya. Angka perceraian tinggi, anak-anak menjadi rusak karena brokenhome, prostitusi merajalela bahkan disahkan oleh negara, aborsi juga legal, para orang tua ditelantarkan di panti jompo dll. Inikah kasih sayang yang bisa dicontohkan oleh mereka?
Valentine’s Day diyakini sebagai hari kasih sayang. Ah, masa’ iya sih? Jangan mudah kamu dibodohi oleh slogan semacam ini. Why? Karena kalo beneran mereka yang suka menjajakan Valentine itu memang merayakan kasih sayang, tanya buktinya. Angka perceraian tinggi, anak-anak menjadi rusak karena brokenhome, prostitusi merajalela bahkan disahkan oleh negara, aborsi juga legal, para orang tua ditelantarkan di panti jompo dll. Inikah kasih sayang yang bisa dicontohkan oleh mereka?
Lalu sekarang coba tengok ke arah Timur. Irak hancur
lebur, muslimahnya jadi korban perkosaan para tentara Barat, anak-anak
kecil dan orangtua serta warga sipil dibantai tanpa ampun, negerinya
dijajah dan porak-poranda. Belum lagi Afghanistan, Bosnia, Chechnya,
bahkan Indonesia. Semuanya dijajah. Bila tidak secara fisik, pastilah
secara ekonomi dengan hutang yang diwariskan pada anak cucu kita. Secara
budaya, salah satunya adalah memaksakan perayaan Valentine ini ke
generasi muda kita. Waspadalah! Waspadalah!
Pheww….ternyata jauh banget ya kenyataan dengan syahdunya lirik lagu di atas? Jaka sembung bawa kebo, nggak nyambung bo’.
Masa’ iya sih, setelah tahu hakikat asli wajah buruk di balik Valentine, kamu masih suka-cita menyambutnya? Nyadar euy!
Valentine itu hanya sebuah momen bagi para kapitalis yang mata duitan untuk menangguk untung sebanyak-banyaknya. Coklat, boneka, dan bunga jadi laris manis. Begitu juga dengan kartu sok romantis padahal aslinya cuma pingin mendapat kecup manis dari sang gebetan. Walah, naudzubillah banget.
Masa’ iya sih, setelah tahu hakikat asli wajah buruk di balik Valentine, kamu masih suka-cita menyambutnya? Nyadar euy!
Valentine itu hanya sebuah momen bagi para kapitalis yang mata duitan untuk menangguk untung sebanyak-banyaknya. Coklat, boneka, dan bunga jadi laris manis. Begitu juga dengan kartu sok romantis padahal aslinya cuma pingin mendapat kecup manis dari sang gebetan. Walah, naudzubillah banget.